Breaking

Selasa, 21 November 2017

Pendapat Mereka Adalah Orang-orang Yang Sempat dan Masih Menganut Kepercayaan Atheis


Atheisme itu keren, buat orang yang yang berpikir rasional, Atheisme itu sexy buat orang yang anti-mainstream, tapi yang utama, Atheisme itu sebuah pilihan buat orang yang muak dengan klaim-klaim tidak masuk akal agama didunia ini "atau setidaknya mereka merasa itu semua tidak masuk akal" Atheisme menjadi sebuah persepsi populer bagi orang-orang yang menikmati era renaissance, yang memberikan sebuah tantangan logika terhadap peran agama untuk membentuk dunia yang lebih baik, atas nama humanisme.

Revolusi industri memberi atheisme ruang atas intelektualisme manusia akan eksistensinya didunia dengan mengatasnamakan ilmu pengetahuan. Sementara perdebatan yang muncul antara keimanan dan ilmu pengetahuan untuk mencari kepastian hanya menghasilkan sebuah batasan aman diantara mereka, yang akhirnya berubah menjadi ruang kebebasan untuk tetap meyakini idealisme pemikiran masing-masing.

Namun beberapa tokoh dibawah ini pergi dari ruang kebebasan melompati batasan-batasan tersebut demi mencari kepastian akan eksistensi mereka. Sebuah keputusan yang harus diambil demi sebuah pencarian, yang terkadang lebih baik dari mereka yang hanya diam dan tidak mencari.

Mereka yang pergi

C.S Lewis.
Seorang penulis asal Inggris, yang banyak menghasilkan karya fiksi seperti ; The Screwtape Letters, The Chronicles of Narnia, dan The Space Trilogy. Lewis juga sahabat dari seorang novelis J. R. R. Tolkien. Mereka pernah bersama di Oxford University, dan aktif di grup sastra Oxford bernama the Inklings. Lewis menjadi seorang Atheis ketika berumur 15, yang digambarkannya sebagai pemuda yang marah pada Tuhan karena ketidakhadirannya. Dia mulai meninggalkan keimanan kristennya ketika dia menganggap agama hanyalah sebagai sebuah tugas; yang kemudian menariknya kedalam dunia Okultisme, dan menemukan sebuah kutipan dari Lucretius, (De rerum natura, 5.198–9) sebagai salah satu argumen terkuat untuk Atheisme :

"Nequaquam nobis divinitus esse paratam"
"Naturam rerum; tanta stat praedita culpa"

"Seandainya Tuhan merancang dunia, maka tidak akan terjadi"
"Dunia yang begitu rapuh dan salah seperti yang kita lihat".

Ketertarikan Lewis pada karya George MacDonald juga berpengaruh atas minatnya pada pemikiran Atheis. Akan tetapi, pertemuannya kembali dengan sahabat lamanya, J. R. R. Tolkien, pada Mei 1926, telah membuatnya pergi dari Atheis dan kembali ke Kristen. Buku yang berjudul The Everlasting Man karya G. K. Chesterton juga memperkuat keimanannya. Lewis kemudian tercatat sebagai jemaat disalah satu gereja kristen di inggris, yang sedikit membuat kecewa Tolkien karena dia mengharapkan Lewis masuk Katolik.

Peter Hitchens.
Sama seperti abangnya, Christopher Hitchens, dan generasi-generasi di jaman itu, yang memberontak terhadap dunia yang suram dan melankolis walaupun tenang setelah perang yang panjang, bersekolah di sekolah umum yang kecil yang berpijak pada tradisi maritim dimana anak-anak dibesarkan dan diharapkan menjadi seorang Inggris yang kaku. Atheist menjadi pilihan karena generasi mereka menganggap dunia yang lalu telah usai dan bertekad menggulingkan peradaban Kristen, karena sepengetahuan dia :“Kami yakin bahwa kita dan peadaban kita, telah tumbuh dan dibesarkan atas mitos tentang Tuhan, malaikat dan surga” Pada usia 15 tahun, di sore hari yang tenang dan cerah, dia membakar injil keluarganya ditaman bermain disekolahnya. Dunia modern yang penuh dengan pengetahuan seolah menjelaskan semua hal yang perlu dijelaskan. Hingga kemudian pada usia 30, dia mulai dekat dengan gereja, pesan-pesan lama yang meresahkan tentang kematiannya sendiri, fakta-fakta tentang leluhur yang tidak bertentangan dengan iman, namun berkembang karenanya, dan ketakutan-ketakutan, khususnya saat dia melihat sebuah lukisan di Burgundy : Penghakiman terakhir karya Rogier van der Weyden dari abad ke 15 yang kemudian membawanya pergi dari Atheis dan menjadi jemaat di sebuah gereja di Inggris.

A. N. Wilson.
Andrew Norman Wilson lahir di Staffordshire, Inggris pada tahun 1950 dan dikenal sebagai seorang penulis dan pengisi kolom-kolom disurat kabar yang kritis pada tulisan-tulisan historik. Di awal tahun 1990-an, ketika keluarnya fatwa terhadap Salman Rushdie dan masalah yang tak kunjung usai di Irlandia Utara, Wilson menjadi seorang Atheis dan menerbitkan pamflet yang menentang agama. Dia menulis Biografi tentang Yesus dan Santo Paulus yang berjudul God's Funeral, dan menjelaskan perkembangan dan pengaruh-pengaruh yang dia dapat mulai dari David Hume dan Sigmund Freud. Peralihan dirinya menjadi seorang Atheis sangat cepat dan penuh percaya diri, berbeda dengan saat dia meninggalkan Atheis, perubahan pemikirannya sangat lambat. Buku Louis Fischer berjudul Life of Mahatma Gandhi, dan biografi Gandhi; The Story of My Experiments With Truth, sangat mempengaruhi pemikiran Wilson tentang konsep ketuhanan bahwa sangat tidak mungkin untuk tidak menyadari bahwa semua kehidupan, semua mahkluk, berasal dari Tuhan, dan Gandhi menyerahkan hidupnya hanya untuk menunjukkan hal tersebut. Dua hal yang membuat Wilson kembali pada konsep ketuhanan adalah karena banyak tokoh yang dikaguminya merupakan sosok yang religius, dan hal-hal yang bersifat material bahkan tidak bisa menjelaskan makna tentang bahasa, cinta, dan musik.

Antony Flew.
Antony Flew, seorang Professor berusia 81 tahun adalah seorang filosofi Inggris ternama, seorang Atheis yang telah menjadi ikon dan panutan bagi mereka-mereka yang tidak percaya selama bertahun-tahun. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, Anthony Flew telah disebut sebagai "Filsuf Atheis paling berpengaruh di dunia". Dalam bukunya yang terkenal; God and Philosophy, Flew menyimpulkan : "Meskipun selalu menjadi koreksi yang berdasarkan bukti-bukti dan argumen lebih lanjut, bahwa alam semestalah yang paling tertinggi; dan karenanya pengetahuan apapun dari masa ke masa akan terus menjadi hukum alam yang paling mendasar, harus, sama sama sesuai, dan dianggap sebagai kata-kata terakhir dari serangkaian jawaban atas pertanyaan mengenai mengapa hal-hal terjadi seperti apa adanya". Atau dengan kata lain, bahwa alam (mungkin) telah menjelaskan sendiri tentang dirinya sendiri yang dapat dipahami, sehingga tidak perlu untuk mempercayai akan adanya sosok pencipta. Namun, di tahun 2007, Flew menerbitkan sebuah buku terakhirnya yang berjudul "There is a God: How the world's most notorious atheist changed his mind" yang kemudian menjadi bahan kritikan bagi para Atheis diseluruh dunia yang mengklaim bahwa peralihan Flew karena diakibatkan penurunan kesehatan mental yang dialaminya dan bahwa bukunya tersebut merupakan karya dari rekannya sesama penulis. Tapi sebelum kematiannya di tahun 2010, Flew secara jelas dan spesifik menyatakan kalau itu adalah memang tulisannya, dan merupakan sanggahan dari referensi Dawkin terhadap dirinya dalam buku "The God Delusion"

Alister McGrath.
McGrath lahir dan besar di Belfast, Irlandia Utara. Kehidupan yang keras di Irlandia Utara pada tahun 1960-an, McGrath menulis bahwa dia "berpandangan bahwa Tuhan adalah ilusi kekanak-kanakan, yang cocok buat para orang tua, para intelektual lemah, dan agama-agama yang penuh dengan kecurangan... bahwa itu adalah hikmat yang diterima pada hari dimana agama akan muncul, Fajar kemuliaan dan keagungan yang tak beriman sudah ada diujung jalan". Sebagai intelektual muda dengan bakat dibidang ilmu pengetahuan dan speliasisasi di bidang Teori Kuantum dan Biologi, Pandangan rasionalis McGrath memiliki sedikit kesabaran atas teori-teori keimanan yang buta. Namun, keterlibatannya yang mendalam dengan ilmu pengetahuan-mungkin kontra-intuitif- adalah hal-hal yang membuat ketidakpercayaannya gelisah. Dia menulis "Atheisme, saya mulai menyadari, bertumpu pada bukti-bukti dasar yang kurang memuaskan, argumen yang dulu tampak berani, penuh kepastian, dan meyakinkan ternyata secara total berubah menjadi membingungkan, tentatif, dan tidak pasti". McGrath pun menjadi seorang Kristen dan melanjutkan karirnya dibidang ilmu pengetahuan, dan menyadari bahwa ketertarikannya pada teologi tidak bertentangan dengan karirnya; sebaliknya, kedua disiplin ilmu itu saling menyinari.

Ketika seseorang akan beralih ke Atheis, tidak akan ada ritual tertentu, tidak akan ada perayaan spesial, karena Atheis adalah sebuah pemikiran yang beranjak dari filosofi tentang identitas kehidupan. Ada baiknya kita menghargai perbedaan dalam cara berpikir seseorang sama seperti kita menghargai orang yang berbeda fisik dengan kita. Karena pada akhirnya tidak ada yang bisa mengatakan agama siapakah yang paling benar, dan, namun tanpa melupakan tujuan untuk kehidupan yang lebih baik itu sendiri. Seperti tokoh - tokoh Atheist terkenal berikut yang masih tetap bertahan

Mereka yang bertahan

Keira Knightley
Aktris cantik Inggris ini pernah bergurau jika saja dia seorang Katolik dan mengatakan :"Kalau saja saya bukan seorang Atheist, saya akan melakukan apa saja" ucap Knightley di tahun 2012. "lalu kamu tinggal minta pengampunan dan kamu akan diampuni"

Billi Joel
Penyanyi dan penulis lagu ternama ini pernah diwawancarai Howard Stern di tahun 2010 pada sebuah acara di radio, Stern menanyakan apakah dia percaya atau tidak pada Tuhan, dan Joel menjawab "saya seorang Atheist". Bahkan pada lagunya "Only The Good Die Young" memuat lirik " aku lebih baik tertawa dengan pendosa, daripada menangis dengan orang suci".

Daniel Radcliffe
Aktor asal inggris ini ketika diwawancarai The Telegraph mengatakan: "Saya seorang Atheist, dan saya tenang-tenang saja. Saya tidak mengumbar ke-Atheist-an saya, tapi saya sangat-sangat menghargai orang-orang seperti Richard Dawkins. Segala hal yang dilakukannya di TV akan saya tonton".

Jodie Foster
Aktris ini pernah mengatakan pada entertainment Weekly di 2007 bahwa dirinya Atheis. dia menambahkan "Tapi saya menyukai agama dan segala ritualnya. meskipun saya tidak percaya pada Tuhan, tapi kami merayakan semua perayaan agama dirumah kami dengan anak-anak".

Emma Thompson
Pada wawancara di tahun 2008, aktris Emma Thompson mengatakan :"Saya seorang Atheis; menurutku anda boleh menganggap saya seorang Anarkis Libertarian. Saya menghormati agama dengan rasa takut dan kecurigaan.Rasanya tidak cukup untuk mengatakan kalau saya tidak percaya dengan Tuhan. Sebenarnya saya menganggap kalau sistemnya bermasalah: Saya tersinggung dengan beberapa hal yang disebut dalam Injil dan Al-quran, dan saya membantahnya".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar