Breaking

Rabu, 31 Mei 2017

Dua Polisi Terluka akibat Bom di Wilayah Syiah di Arab Saudi

Dua Polisi Terluka akibat Bom di Wilayah Syiah di Arab Saudi


Polisi Arab Saudi yang sedang mengevakuasi terkait serangan bom di masjid Syi'ah.(Al-Jazeera)

Dua polisi terluka akibat bom meledak di Awamiya, Arab Saudi timur, yang banyak dihuni suku kecil Syiah, kata kantor berita SPA, Selasa (30/5/2017).

Serangan tersebut adalah yang kedua dalam dua minggu terakhir, menyasar pasukan keamanan, yang menjaga pekerja meruntuhkan bagian tua dari kota dikenal sebagai al-Musawara itu.

Pihak berwenang mengatakan bahwa bagian tua kota itu sering digunakan buron bersenjata menghindari penangkapan, sebagaimana dilaporkan Reuters.

SPA mengutip keterangan juru bicara kementerian dalam negeri, yang mengatakan bahwa peledakan pada Senin (29/5/2017) di bagian luar kota tua Awamiya itu melukai dua polisi.

Keduanya kemudian dilarikan ke rumah sakit dan pihak berwenang memulai penyelidikan terkait kejadian tersebut, kata kantor berita itu.

Kementerian tersebut mengatakan pada 16 Mei bahwa seorang tentara tewas dan lima lainnya terluka saat pelaku bersenjata menembakkan sebuah granat roket yang dilemparkan pada petugas patroli mereka di Awamiya, setelah pihak berwenang memulai pekerjaan meruntuhkan kota tua.

Peristiwa itu terjadi beberapa hari setelah seorang anak penduduk sekitar dan seorang pekerja asal Pakistan tewas terbunuh.

Pihak berwenang mengatakan bahwa sebuah distrik modern yang terdiri atas pusat perbelanjaan, gedung perkantoran dan ruang terbuka hijau akan dibangun di lokasi tua kota itu, yang telah berdiri lebih dari 200 tahun.

Awamiya menjadi titik fokus demonstrasi oleh kaum minoritas Syi'ah terhadap apa yang mereka anggap sebagai bentuk diskriminasi yang dilakukan oleh kerajaan yang diperintah kaum Sunni itu.

Arab Saudi menolak bahwa mereka telah memperlakukan diskriminasi terhadap kaum minoritas Syi'ah dan menuduh Iran mengobarkan keresahan, namun tuduhan itu disangkal oleh Teheran.

Ketegangan di sekitar wilayah itu telah meningkat sejak Nimr al-Nimr, seorang tokoh ulama Syiah terkemuka terbukti menghasut kekerasan, ia dieksekusi pada tahun lalu.

Pakar kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam Riyadh pada pekan lalu atas kebijakan meratakan bagian tua kota itu, dengan mengatakan bahwa pekerjaan itu akan menghapus warisan budaya dan melanggar hak asasi manusia.


Source: Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar